Senin, 25 April 2011

Pendidikan Agama Islam dalam keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Keluarga
       Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan[1]. Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya ia dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan serta berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam, Ahmad Tafsir ( 1994: 32 )
       Keluarga bisa diartikan ibu dan bapak beserta anak-anaknya; sanak saudara; kaum kerabat; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat[2].
B.     Partisipasi Orang Tua terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Anak
       Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Untuk mencapai tujuan itu maka orang tualah menjadi pendidik pertama, orang tualah yang banyak memberikan pengaruh dan warna kepribadian pada anaknya. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
       Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan  faktor penting dalam perkembangan pribadi anak Suasana pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, karena ia adalah darah dagingnya. Namun karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki orang tua maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada  orang lain yaitu sekolah.
       Pendidikan agama Islam di sekolah tidak akan mencapai hasil atau tujuan apabila tidak ada dukungan dan kerjasama dari orang tua. Di dalam UU Nomor  20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 7 ayat 2 dinyatakan bahwa: orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Selanjutnya pada pasal 54 ayat 1 dinyatakan pula bahwa : peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Untuk itulah perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak khususnya orang tua sebagai pendidikan di rumah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga
       Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan formal belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dilihat dari semakin menurunnya moral dan akhlak dari peserta didik. Kurangnya rasa hormat anak kepada orang tua di rumah dan guru di sekolah. Memudarnya sikap empati dan simpati atas penderitaan orang lain. Kesemuanya itu merupakan gambaran ketidak berhasilan pendidikan agama pada sekolah tersebut, disamping itu tidak adanya dukungan orang tua di rumah terhadap pendidikan agama Islam pada anak.
       Di sekolah anak diajarkan doa-doa harian dan membiasakan anak untuk menggunakan kalimat thoyibah namun ketika di rumah anak menemukan kebiasaan orang tua yang sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan di sekolah sehingga anak menjadi bingung. Orang tua  juga tidak memperhatikan sekolah anaknya seperti memperhatikan pengalaman-pengalamannya, menghargai usahanya, membantu membuat pekerjaan rumahnya serta motivasi dan membimbing anak dalam  belajar.
       Kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah terletak pada pendidikan agama dalam keluarga telah tertanam dengan baik maka secara tidak langsung akan sangat berpengaruh bagi pendidikan anak di sekolah. Guru akan merasa sangat terbantu, karena tinggal melanjutkan perkembangan secara rinci. Peningkatan mutu pendidikan agama Islam bukan hanya sekedar hanya isapan jempol, tetapi dapat terwujud apabila ada partisipasi dan kerja sama dari orang tua peserta didik dengan guru di sekolah.
       Hubungan kerja sama ini sangat diperlukan bertujuan untuk :
1.      Saling membantu dan saling isi mengisi
2.      Bantuan finansial dan material
3.      Untuk mencegah perbuatan-perbuatan kurang baik
4.      Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak.Aly, (2000:135)
       Berdasarkan hasil riset, bahwa pekerjaan Guru (Pendidik) di sekolah akan lebih efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di rumah tangganya. Anak didik yang kurang mampu dalam pelajaran akan menjadi lebih mengerti akan pelajaran, semua itu berkat kerja sama orang tua, sehingga kelemahan yang ada pada anak didik bisa teratasi. Lambat laun juga orang tua menyadari bahwa pendidikan atau keadaan lingkungan rumah tangga dapat membantu atau menghalangi kesukaran anak di sekolah Hasbullah, (2000: 90)
       Mengingat pentingnya pendidikan agama, khususnya pendidikan agama Islam bagi pembentukan akhlak dan kepribadian anak maka partisipasi orang tua sangat diharapkan. Artinya orang tua di rumah harus lebih memfungsikan peranannya sebagai pendidik utama, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya yaitu jasmani, akal  dan rohani. Dengan mengetahui fungsi tersebut maka perlu ditumbuhkan kesadaran tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinyu kepada setiap orang, sehingga pendidikan dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua tapi telah didasari teori-teori pendidikan, yang sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
       Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pendidikan agama Islam maka diperlukan adanya kerja sama antara orang tua, anak didik dengan pendidik dalam berbagai hal. Sehingga dengan bentuk kerja sama tersebut sangat bermanfaat memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik khususnya atau dengan kata lain internalisasi nilai pendidikan agama itu  membutuhkan sinergitas baik sekolah keluarga maupun masyarakat.

B.     Pendekatan Pengajaran Agama dalam Lingkungan Keluarga
       Keluarga dalam pandangan antropologi adalah satu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merakyat, dan sebagainya, sedangkan inti keluarga adalah ayah, ibu dan anak.
       Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi rumah tangga masing-masing:
  1. Pendidikan anak prenatal
       Dimulai sejak saat memilih pasangan hidup ini adalah masalah ilmiah. Sifat orang tua besar kemungkinan diturunkan kepada anaknya. Jadi jika orang tua tidak ingin sulit mendidik anak, maka pilihlah jodoh yang tidak nakal.
       Suasana lahir batin seorang ibu yang sedang hamil dapat berpengaruh pada anak yang dikandungnya. Jadi, bila seorang ibu hamil hindarilah problem. Suasana yang buruk saat kehamilan akan dapat menyebabkan yang lahir sulit dididik.
  1. Memperdengarkan azan dan iqamat saat kelahiran anak
  2. Mendidik anak  dengan cara memberi nama yang baik
       Memberi nama yang baik terhadap anak juga mengundang suatu ta’lim (pengajaran) tentang syariat Islam karena dengan pemberian nama yang baik itu diharapkan melekat sifat yang baik pula pada anak tersebut. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud
Artinya:
“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kalian akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama papa kalian. Oleh karena itu buatlah nama yang baik untuk  kalian.


  1. Menyusui bayi (ASI)
     Menyusui anak, tidak hanya bernilai dilihat dari segi kesehatan fisik, melainkan juga segi perkembangan kejiwaan, dan bernilai pendidikan.
  1. Memilih teman bermain si anak.
      Untuk  membantu orang tua dalam memilih teman bermain anaknya ada tiga patokan:
  1. Pilih teman yang baik moralnya
  2. Pilih teman yang cerdas (IQ-nya tinggi)
  3. Pilih teman yang kuat aqidahnya.
  1. Mengisi waktu luang anak-anak dengan kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangannya.
  2. Pembinaan dan mencontohkan
       Penanaman iman kepada anak-anak dapat dilakukan  dengan pembiasaan. Pembiasaan tidak memerlukan keterangan atau argument logis. Maksudnya biasakanlah anak-anak itu dan tidak perlu dijelaksan berulang-ulang mengapa harus begitu. Dengan demikian, pembiasaan itu datang dari kebiasaan itu sendiri.
       Dan berilah contoh langsung tanpa banyak keterangan. Perhatikan bagaimana kehidupan beragama sehari-hari seperti; membaca basmalah dari setiap pekerjaan.
  1. Hindari konflik ibu-bapak di depan anak
       Pertengkaran orang tua tidak baik dilihat dari segi pendidikan anak dalam keluarga. Pendidikan agama bukanlah sekedar pendidikan dan pengajaran, ternyata lebih luas mencakup suasana umum di rumah tangga.
  1. Melaksanakan peribadatan dengan teratur
  2. Orang tua menyeru anaknya ikut aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.
       Dari beberapa  metode tersebut semuanya bertujuan untuk  penanaman nilai keimanan dalam hati generasi pelanjut yaitu anak-anak sebagai salah satu bagian dari suatu keluarga.
       Disnilah orang tua sebagai individu dewasa bertanggung jawab akan pendidikan keagamaan pada anaknya karena keluarga merupakan bagian kecil dari lembaga sosial yaitu masyarakat yang hidup berperadaban dan memiliki tata nilai baik itu hukum keagamaan maupun hukum kemasyarakatan.

BAB III
KESIMPULAN
       Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan formal belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dilihat dari semakin menurunnya moral dan akhlak dari peserta didik. Kurangnya rasa hormat anak kepada orang tua di rumah dan guru di sekolah. Memudarnya sikap empati dan simpati atas penderitaan orang lain. Kesemuanya itu merupakan gambaran ketidak berhasilan pendidikan agama pada sekolah tersebut, disamping itu tidak adanya dukungan orang tua di rumah terhadap pendidikan agama Islam pada anak.
       Kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah terletak pada pendidikan agama dalam keluarga telah tertanam dengan baik maka secara tidak langsung akan sangat berpengaruh bagi pendidikan anak di sekolah. Guru akan merasa sangat terbantu, karena tinggal melanjutkan perkembangan secara rinci. Peningkatan mutu pendidikan agama Islam bukan hanya sekedar hanya isapan jempol, tetapi dapat terwujud apabila ada partisipasi dan kerja sama dari orang tua peserta didik dengan guru di sekolah.
       Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pendidikan agama Islam maka diperlukan adanya kerja sama antara orang tua, anak didik dengan pendidik dalam berbagai hal. Sehingga dengan bentuk kerja sama tersebut sangat bermanfaat memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik khususnya atau dengan kata lain internalisasi nilai pendidikan agama itu  membutuhkan sinergitas baik sekolah keluarga maupun masyarakat.
       Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam pendidikan agama Islam sesuai dengan kondisi rumah tangga masing-masing:
  1. Pendidikan anak prenatal
  2. Memperdengarkan azan dan iqamat saat kelahiran anak
  3. Mendidik anak  dengan cara memberi nama yang baik
  4. Menyusui bayi (ASI)
  5.  Memilih teman bermain si anak.
  6. Mengisi waktu luang anak-anak dengan kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangannya.
  7. Pembinaan dan mencontohkan
  8. Hindari konflik ibu-bapak di depan anak
  9. Melaksanakan peribadatan dengan teratur
  10. Orang tua menyeru anaknya ikut aktif dalam berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.
Arif, Armai.  Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Arif, Asm. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Darajat, Zakiah Ilmu Jiwa Belajar Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta: Mekar Surabaya, 2002
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Shadily, Hasan Sosiologi untuk  Masyarakat Indonesia Jakarta: Bina Aksara, 1983.
Tafsir,   Ahmad Pendidikan Agama dalam Keluarga, Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Tafsir, Ahmad.  Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Cet. 7; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Tafsir, Ahmad.  Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. 10; Bandung: Rosdakarya, 2007.
Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak dalam Islam Cet. I; Jakarta: Pustaka Amani, 2007.

[1] Alwi Hasan, KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA ED.III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal.263
[2] Ibid, hal.536

Tidak ada komentar:

Posting Komentar